HUJJAH AMALIYAH NAHDLIYAH 2
Disusun oleh :
1. Fina Fitriani (151120001565)
2. Agus Hemanto (151120001547)
3.Lailatun Ega Sari (151120001563)
4.Audria Pramesti Dewi (151120001566)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hujjah atau Hujjat (bahasa Arab: الØجة) adalah istilah yang banyak digunakan di dalam Al-Qur'an dan literatur Islam yang bermakna tanda, bukti, dalil, alasan atau argumentasi. Sehingga kata kerja "berhujjah" diartikan sebagai "memberikan alasan-alasan". Kadangkala kata hujjah disinonimkan dengan kata burhan[1], yaitu argumentasi yang valid, sehingga dihasilkan kesimpulan yang dapat diyakini dan dipertanggungjawabkan akan kebenarannya.
Amaliyah Nahdliyah adalah amal perbuatan lahir, baik yang berhubungan dengan Ibadah, Mu’amalah maupun Akhlaq; yang biasa dilakukan oleh kaum Nahdliyyin, bisa jadi secara formal warga Jam’iyyah Nahdlatul Ulama atau bukan.
Nahdlatul Ulama memperjuangkan berlakunya Ajaran Islam ala Ahlussunnah wal Jama’ah, oleh karena itu menurut NU, cara berfikir dan bentindak, cara bertheologi maupun beramal, yang benar didasarkan pada Ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Menurut NU, Islam adalah ahlussunnah wal jama’ah, maka kaum nahdliyyin tidak mendasarkan perbuatannya kecuali pada ahlusunnah wal jama’ah.
Secara praktis, amaliyah ahlussunnah wal jama’ah NU di dasarkan pada cara bertheologi menurut madzhab theologi Al-Asy’ary dan Al-Maturidy, dalam bidang fiqh mengikuti salah satu madzhab empat, yaitu : Hanafy, Maliky, Syafi;y dan Hambaly; serta mengamalkan tasawuf sesuai dengan cara tasawuf Imam al-Junaid al-Baghdady dan Imam Al-Ghazaly.
1.2 Rumusan Masalah
Apa hujjah amaliyah nahdliyah tentang :
1. Tradisi Yasinan
2. Tradisi Maulid Nabi
3. Tradisi Manaqiban dan Haul
4. Tradisi Bulan Syura
5. Tradisi Bulan Sya’ban, Ruwahan, dan Nyadran
6. Tradisi Istighatsah dan Tawassul
7. Khasiyat Ayat Al-Qur’an, Hizib, dan Do’a
8. Shalat Sunnat Qabliyah Jum’at
9. Ziarah Kubur
10. Tradisi Bulan Shafar
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembahasan yaitu ingin mengetahui lebih detil mengenail hujjah amaliyah nahdliyah tentang :
1. Tradisi Yasinan
2. Tradisi Maulid Nabi
3. Tradisi Manaqiban dan Haul
4. Tradisi Bulan Syura
5. Tradisi Bulan Sya’ban, Ruwahan, dan Nyadran
6. Tradisi Istighatsah dan Tawassul
7. Khasiyat Ayat Al-Qur’an, Hizib, dan Do’a
8. Shalat Sunnat Qabliyah Jum’at
9. Ziarah Kubur
10. Tradisi Bulan Shafar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tradisi yasinan
Tradisi yasinan adalah membaca surat yasin secara bersama-sama. Baik membacanya secara sendiri-sendiri ditempat yang sama, atau membacanya dipimpin oleh seorang pemandu. Biasanya tradisi yasinan dilakukan setiap malam jumat. Ada juga yang melakukn setiap malam ahad, tergantung kesepakatan anggota kelompok yasinan masing-masing.
Bacaan yasin tersebut biasanya dihadiahkan kepada orang-orang yang sudah meninggal dunia. Ada pula yang membacanya disamping orang yang menghadapi detik-detik akhir dari kehidupannya di dunia. Dan adapula yang melakukannya dimakam para ulama, orang tua atau kerabat.
Ada banyak hadits shahih yang menerangkan keutamaan surat yasin, antara lain hadist-hadist yang disebutkan oleh al-Imam Ibn Katsir, salah satu murid terbaik Syaikh Ibn Taimiyah al-Harrani, dalam tafsirnya:
“Abu Hurairah berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membaca surat yasin pada malam harinya, maka ia diampuni pada pagi harinya,” Sanad hadist ini jayyid (shahih). (HR. Al-Hafizh Abu Ya’la).
Demikian hadist yang disebut oleh al-Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya. Setelah menyitir hadist shahih tersebut, al-Hafizh Ibn Katsir kemudian berkata begini:
“Karena ini sebagian ulama berkata, di antara khasiat surat yasin ini adalah, bahwa apabila surat yasin dibaca ketika menghadapi persoalan yang sulit, maka Allah akan memudahkannya. Membaca surat Yasin disamping orang yang akan meninggal seakan-akan bertujuan turunnya rahmat dan berkah serta memudahkan keluarnya ruh orang tersebut. Wallahu a’lam. Imam Ahmad bn Hanbal berkata, “Abu al-Mughirah mengabarkan kepada kami, Shafwan mengabarkan kepada kami, ia (Shafwan) berkata, “Para guru selalu berkata, “apabila surat Yasin dibaca disamping orang yang meninggal, maka akan meringankan bebannya.” (Al-Hafizh Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz 11, hal. 342-343).
Berkaitan degan keutamaan surat Yasin ketika dibaca disamping makam kaum muslimin, Syaikh Ibn Qayyim al-Jauziyah, murid terdekat Syaikh Ibn Taimiyah, juga berkata:
“Dari al-Husain bin al-Haitsam berkata, “Aku mendengar Abu Bakar bin al-Athrusy berkata, “Ada seorang laki-laki yang rutin mendatangi makam ibunya dan membaca surat Yasin. Pada suatu hari ia membaca surat Yasin dimakam ibunya, kemudian berkata, “Ya Allah, apabila Engkau berikan pahala bagi surat ini, maka jadikanlah pahalanya bagi semua penghuni kuburan ini. “Pada hari Jumat berikutnya, seorang wanita datang dan berkata pada laki-laki itu, “kamu fulan bin fulanah?” Ia menjawab, “Ya.” Wanita itu berkata, “aku punya anak perempuan yang telah meninggal. Lalu aku bermimpi melihatnya duduk-duduk di pinggir makamnya. Aku bertanya “kamu kok bisa duduk-duduk disini?” Putriku menjawab, “Sesungguhnya fulan bin fulanah datang ke makam ibnya. Ia membaca surat Yasin dan pahalanya dihadiahkan kepada semua penghuni makan ini. Kami dapat bagian rahmatnya. Atau kami diampuni dan semacamnya.” (Ibn Qayyim al-Jauziyyah, al-Ruh, hal 18)
2.2 Tradisi Maulid Nabi
Setiap bulan rabiul awal tiba, mayoritas kaum muslimin di berbagai belahan dunia mengadakan upacara perayaan maulid Nabi SAW. Dalam acara tersebut biasanya dibacakan sirah dan biografi kehidupan Nabi SAW, mulai kelahiran hingga wafatnya. Tidak jarang acara maulid diadakan dengan mendatangkan pembicara dari luar. Setelah acara maulid dilakukan dengan penuh khidmat, maka dilanjutkan dengan suguhan makanan yang dihidangkan kepada para peserta. Tradisi maulid ini sangat baik untuk dilestarikan, karena dapat menjadi sarana dakwah dalam menyampaikan sirah dan biografi Nabi SAW kepada umatnya. Pengetahuan sirah dan biografi Nabi SAW, akan menambah cinta kepada Nabi SAW serta memperkuat keimanan kita kepada Nabi SAW. Syaikh Ibn Taimiyah al-Harrani menanggapi tradisi maulid ini dengan sangat positif. Dalam hal ini beliau berkata dalam kitabnya, Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqi:
“Jadi, mengagungkan Maulid dan menjadikannya sebagai tradisi tidak jarang dilakukan oleh sebagian orang, dan ia memperoleh pahala yang sangat besar karna tujuannya yang baik serta sikapnya yang mengagungkan Rasulullah SAW sebagaiman telah aku jelaskan sebelumnya.” (Syaikh Ibn Taimiyah, Iqtidha’ al_shirath al-Mustaqim, hal 297).
Dewasa ini, dalam rangka memantapkan keyakinan kaum wahabi terhadap kebenaran dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab al-Najdi, pendiri aliran wahabi, kaum Wahabi di Saudi Arabia mengadakan acara semacam maulid atau manaqiban, yang mereka sebut dengan Usbu’ al-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (Pekan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab). Selama satu pekan, para ulama wahabi bergantian menguraikan keutamaan dan biofgrafi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam bentuk makalah. Kemudian makalah tersebut mereka himpun dan mereka terbitkan. Hal tersebut persis dengan tradisi maulid, haul manaqiban dikalangan kaum Sunni.
2.3 Tradisi Manqiban dan Haul
Manaqiban dan haul adalah upacara pembaca biografi dan keutamaan para wali Allah SWT yang menjadi panutan umat. Dalam acara terserbut juga delingi dengan pembacaan al-Fatihah, ayat ayat al-Qur’an dan aneka dzikir lainnya, lalu pahalanya dihadiahkan kepada wali yang bersangkutan. Di sebagian daerah dipulau jawa banyak yang mengadakan manaqiban Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, pendiri tereqat Qadiriyah, di daerah Kalimantan Selatan, banyak pula yang merayakan manqib Syaikh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Madani al-Syafi’i, pendiri tereqat al-Sammaniyah. Tradisi manaqiban ini sangat baik untuk dilakukan, agar kita dapat menghayati dan meneladani perjalanan kehidupan mereka yang sangat produktif dalam beribadah, berdakwah dan berbakti kepada agama.
Disisi lain, para ulama’ juga menjelaskan, bahwa dalam mengenang orang-orang salih, dapat menurunkan rahmat Allah swt. Dalam konteks tersebut al-iman al-mujtahid sufyan bin uyainah, salah seorang ulama salaf dan guru al-imam ahmad bin hanbal, berkata;
“muhammad bin hasan berkata,” aku mendengar sufyan bin uyainah berkata, “ketika orang-orang salih dikenang, maka rahmat Allah akan turun” (Al-Imam al-Hafizh Abu Nu’aim, Hilyah al-Auliya’, juz 7 hal 285).
Bahkan ketika tegas lagi, syaikh bin taimiyah mengakui bahwa tradidu kaum beriman, pasti merasa senang dan nyaman apabila mengenang dan menyebut para nabi dan orang-orang salih. Dalam konteks ini syaikh ibn taimiyah berkata dalam khitbahnya, al shafadiyah, sebagai berikut:
“kesempurnaan diri tidak akan tercapai tanpa pengetahuan, kemampuan dan kemauan yang sumbernya adalah cinta. Ketika seseorang merasa nikmat dengan pengetahuan, maka sudah barang tentu disana ada rasa cinta terhadap apa yang dinikmatinya. Adakalanya apa yang ia ketahui, ia cinta, serta merasa nikmat dengan mengetahui dan menyebutnya. Sebagaimana orang-orang yang beriman merasa nikmat dengan ma’rifat kepada Allah dan berdzikir kepada-Nya. Bahkan orang-orang yang beriman merasa nikmat dengan mennyebut (mengenang) para nabi dan orang-orang salih. Oleh karena itu ada pameo, “ketika orang-orang salih dikenang, maka rahmat Allah akan turun”, dengan bangkitnya jiwa dan hati seseorang untuk mencintai kebaikan dan merasa senang dan nyaman melakukannya.” (syaikh ibn taimiyah,kitab al-shafadiyah, juz 2, hal 269).